ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN PATOLOGIS
PADA Ny. S
DENGAN DISTOSIA BAHU
DI RB GLORY
TAHUN 2013
LAPORAN KASUS
Disusun
Oleh :
Ririn Nurfan Chaniago
101001032
AKADEMI
KEBIDANAN DHARMA HUSADA PEKANBARU
T.A
2012/2013
LEMBAR
PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN PATOLOGIS
PADA Ny. S
DENGAN DISTOSIA BAHU
DI RB GLORY
TAHUN 2013
Laporan Kasus ini Telah Memenuhi Persyaratan dan
Disetujui
Tanggal
Disusun Oleh:
Ririn Nurfan Chaniago
101001032
Menyetujui,
Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik
(Artha Sihombing,
Amd.Keb) (Ema Fitriani,
SST)
LEMBAR
PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN PATOLOGIS
PADA Ny. S
DENGAN DISTOSIA BAHU
DI RB GLORY
TAHUN 2013
Disusun Oleh :
Nama : Ririn Nurfan Chaniago
NIM : 101001032
Telah
diseminarkan di depan penguji dan peserta seminar
Pada Tanggal
Mengetahui,
Pembimbing Direktur
AKBID
(Ema Fitriani, SST) (Rosmeri
Br. Bukit, SKM, M. Biomed)
KATA
PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Dengan memanjatkan puji
dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah akhirnya
penulis dapat menyelesaikan studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Persalinan Patologis Pada Ny. S Dengan Distosia Bahu Di
Rb Glory Tahun 2013”.
Laporan ini diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma
III Kebidanan di Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekanbaru. Dalam menyelesaikan
Laporan Kasus ini banyak kendala yang ditemui. Namun berkat usaha kerja keras
dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus ini. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1.
Ibu Rosmeri Bukit, SKM,
M. Biomed selaku Direktur Akdemi Kebidanan Dharma Husada Pekanbaru, yang telah
banyak memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Diploma III Kebidanan.
2.
Ibu Ema Fitriani, SST. Selaku pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan Laporan Kasus ini.
3.
Kepala Pembimbing
Klinik Artha Sihombing, Amd.Keb,
Nora Amd.Keb, dan Yulfris Amd.Keb yang telah
memberikan bimbingan selama mengikuti praktik klinik.
4.
Seluruh staff dan
dosen pengajar Program Studi Kebidanan AKBID Dharma Husada Pekanbaru, yang
telah banyak membantu penulis untuk mengetahui berbagai hal, terutama
pengetahuan dalam asuhan kebidanan selama penulis mengikuti perkuliahan.
5.
Ny. S dan keluarga selaku pasien yang telah bekerja sama membantu kami
dalam menyelesaikan studi kasus ini.
6.
Bapak dan ibunda
tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa
yang tidak putus-putusnya.
7.
Seluruh rekan-rekan
D3 Kebidanan angkatan 2010 dan kerabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan studi kasus ini.
Penulis harap studi kasus ini ada manfaatnya, serta saran
dan kritik yang bersifat membangun, penulis nantikan sebagai perbaikan ke masa
depan. Semoga Allah SWT, selalu memberikan limpahan rahmat dan taufiknya serta
membalas semua kebaikan serta amal baikseluruh pihak yang telah mendukung untuk
mendapatkan pahala dan memperoleh Ridho –Nya, Amin.
Pekanbaru, April 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
KATA PENGANTAR......................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4
Metode Pengumpulan Data ................................................................ 3
1.5
Manfaat .............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Distosia Bahu ................................................................. 5
2.2 Konsep
Dasar Proses Manajemen Asuhan
Kebidanan........................... 12
BAB III MANAJEMEN
ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN
3.1
Pengumpulan Data.............................................................................. 15
3.2
Interprestasi Data Dasar...................................................................... 20
3.3
Diagnosa Potensial ............................................................................ 21
3.4
Tindakan Segera.................................................................................. 21
3.5
Perencanaan ........................................................................................ 21
3.6
Penatalaksanaan ................................................................................. 21
3.7
Evaluasi .............................................................................................. 22
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan
Data .................................................................................. 37
4.2 Interprestasi Data Dasar ........................................................................ 37
4.3 Diagnosa
Potensial ................................................................................. 38
4.4 Tindakan
Segera...................................................................................... 38
4.5 Perencanaan ............................................................................................ 39
4.6 Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan ...................................................... 39
4.7 Evaluasi
................................................................................................... 40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
............................................................................................ 41
5.2 Saran ...................................................................................................... 41
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Distosia
bahu merupakan presentasi kepala, kepala telah lahir tetapi bahu tidak dapat
dilahirkan dengan cara-cara biasa (Oxorn, 2003).
Salah
satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses persalinan.
Distosia bahu adalah suatu keadaan
diperlukannya manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang
kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan
presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara
pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut.
Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal
presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
Angka
kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat digunakan
sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara
mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai
228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat
melahirkan. Namun hasil SDKI 2012 tercatat,
angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan bahwa tercatat sebesar
102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per
seribu kelahiran hidup.
Komplikasi
yang bisa terjadi , yaitu tingginya
angka kematian ibu dan besarnnya resiko akibat distosia bahu pada saat
persalinan maka fokus utama asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya
komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu
dan menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir (Depkes, 2004).
Sebagai
tenaga kesehatan khususnya bidan yang dapat dilakukan adalah mengupayakan agar
setiap persalinan ditolong atau minimal di dampingi oleh bidan dan pelayanan
obstetrik sedekat mungkin pada ibu hamil, sehingga komplikasi dapat terdeteksi
lebih dini dan dapat ditangani sesegera mungkin.
Berdasarkan
angka kejadian dan besarnya peran bidan dalam penanganan komplikasi distosia
bahu, maka penulis mengambil judul “Asuhan
Kebidanan Persalinan Patologis Pada Ny. S Dengan Distosia Bahu Di RB Glory
Tahun 2013”. Diharapkan dengan pelaksanan asuhan kebidanan komprehensif
dapat meningkatkan peran fungsi bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan
bayi yang disebabkan oleh distosia bahu dengan upaya mencegah (preventif),
mendeteksi dini komplikasi hingga menangani komplikasi sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Dari latarbelakang yang telah dikemukakan
diatas maka sebagai laporan studi kasus ini membatasi pengkajian tentang
distosia bahu. Oleh karena itu, saya sebagai penyusun merumuskan masalah yakni
: Bagaimana asuhan kebidanan 7 langkah Varney pada ibu bersalin dengan distosia
bahu di RB Glory tahun 2013.
1.3
TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu
melaksanakan asuhan kebidanan pada persalinan distosia bahu dengan 7 langkah manajemen Varney di RB
Glory.
1.3.2
Tujuan
Khusus
Mampu
memberikan asuhan kebidanan pada persalinan distosia bahu dengan 7 langkah
Varney :
1. Pengumpulan
Data dasar
2. Interpretasi
Data Dasar
3. Identifikasi
diagnosa dan masalah potensial
4. Identifikasi
kebutuhan akan tindakan segera
5. Merencanakan
asuhan yang menyeluruh
6. Penatalaksanaan
Asuhan Kebidanan
7. Evaluasi
Asuhan Kebidanan
1.4
METODE
1.4.1 Metode
Kajian Pustaka
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini saya sebagai penulis menggunakan
media kajian pustaka dengan cara mencari materi pada buku-buku pedoman.
1.4.2 Metode
Media Elektronik
Selain dari media pustaka saya sebagai penulis mencari referensi melalui
media elektronik seperti pencarian referensi tentang teori distosia bahu di
internet.
1.4.3 Observasi
Partisipasi
Yaitu dengan observasi dalam melakukan Asuhan Kebidanan langsung pada klien
guna memperoleh data objektif.
1.4.4 Wawancara
Yaitu untuk mendapatkan data subjektif langsung dari klien dan keluarganya.
1.5
MANFAAT
1.5.1 Bagi
Penulis
Studi kasus ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta
dapat mengaplikasikan dalam penanganan kasus persalinan dengan distosia bahu.
1.5.2
Bagi
Institusi
Studi kasus ini
diharapkan mampu menjadikan acuan dan berguna untuk memberikan informasi,
pengetahuan dan ilmu baru bagi kemajuan di bidang kesehatan sebagai bahan
referensi guna pengembangan ilmu pengetahuan.
1.5.3
Bagi
Lahan Praktek
Studi kasus ini
diharapkan dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan
manajemen kebidanan yang diterapkan oleh lahan praktek.
1.6
WAKTU
Kasus
ini diangkat pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 di Rumah Bersalin Glory.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
KONSEP DASAR DISTOSIA BAHU
2.1.1 Defenisi Distosia Bahu
Distosia bahu adalah kegagalan persalinan
bahu setelah kepala lahir, dengan mencoba salah satu metoda persalinan bahu (
Manuaba, 2001).
Distosia bahu adalah suatu keadaan
diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke
arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi (
Prawirohardjo, 2009).
Distosia bahu merupakan kegawatdaruratan
obstetri karena terbatasnya waktu persalinan, terjadi trauma janin, dan
komplikasi pada ibunya. Kejadiannya sulit diperkirakan setelah kepala lahir,
kepala seperti kura-kura, dan persalinan bahu mengalami kesulitan (Manuaba,
2001).
2.1.2 Etiologi
Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan
yang berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan
diabetes pada ibu (Hakimi, 2003).
2.1.3 Patofisiologi
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu
memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih
dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu
posterior berada di cekungan tulang sakrum atu disekitar spina ischiadika, dan
memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui
belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada
dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka
bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang
pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat
melakukan putaran paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi
antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign) (Prawirohardjo, 2009).
2.1.4 Komplikasi
a.
Pada janin : 1. Meninggal, intrapartum atau neonatal
2.
Paralisis
plexus brachialis
3.
Fraktur
clavicula
b.
Ibu : Robekan perineum dan vagina yang luas
(Hakimi, 2003).
2.1.5 Faktor
Resiko
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu, yaitu:
a.
Makrosomia/kelahiran
sebelumnya bayi > 4 kg
b.
Ibu Obesitas
c.
Penambahan Berat Badan Berlebih
d.
Panggul Sempit
e.
Melahirkan
dengan posisi setengah berbaring di
tempat tidur dapat menghambat gerakan koksik dan sakrum yang memperberat
terjadinya “distosia lahir-tempat tidur”
f.
Diabetes
maternal
g.
Kala II Lama
h.
Distosia bahu
sebelumnya (Chapman, 2006)
2.1.6 Pencegahan
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat
dilakukan dengan cara :
1.
Tawarkan
untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi: janin luar
biasa besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5 kg) dengan ibu diabetes,
janin besar (>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya,
kala II yang memanjang dengan janin besar.
2.
Identifikasi
dan obati diabetes pada ibu.
3.
Selalu
bersiap bila sewaktu-waktu terjadi.
4.
Kenali
adanya distosia bahu seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau fundus,
dan traksi berpotensi meningkatkan resiko cedera pada janin.
5.
Perhatikan
waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan
diperlukan untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan persalinan, resusitasi
bayi, dan tindakan anestesia (bila perlu).
2.1.7 Diagnosis
Distosia Bahu
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:
1.
Kepala bayi
sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.
2.
Kepala bayi
sudah lahir, tetapi menekan vulva dengan kencang.
3.
Dagu
tertarik dan menekan perineum
4.
Traksi pada
kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis
pubis (Prawirohardjo, 2009)
2.1.8 Penanganan
Distosia Bahu
Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta
bantuan. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu
posterior sudah masuk ke panggul. Bahu posterior yang belum melewati pintu atas
panggul akan semakin sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk
mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu posterior masuk panggul tersebut,
dapat dilakukan episiotomi yang luas, posisi McRobert, atau posisi dada-lutut.
Dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan karena semakin menyulitkan bahu
untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan ruptura uteri. Disamping perlunya
asisten dan pemahaman yang baik tentang mekanisme persalinan, keberhasilan
pertolongan dengan distosia bahu juga ditentukan oleh waktu. Setelah kepala
lahir akan terjadi penurunan pH arteria umbilikalis dengan laju 0,04unit/menit.
Dengan demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak mengalamai hipoksia tersedia
waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver melahirkan bahu sebelum terjadi
cedera hipoksik pada otak.
Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai
berikut:
Diagnosis
i
Hentikan traksi pada kepala, segera
memanggil bantuan
i
Manuver McRobert
(Posisi
McRobert, episiotomi bila perlu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
i
Manuver Rubin
(Posisi
tetap McRobert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
i
Lahirkan bahu posterior, atau posisi
merangkak, atau Manuver Wood
A.
Langkah pertama : Manuver McRobert
Manuver McRobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi McRobert,
yaitu ibu telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat
mungkinke dada, dan rotasikan kedua kaki ke arah luar (abduksi). Lakukan
episiotomi yang cukup lebar. Gabungan episiotomi dan posisi McRobert akan
mempermudah bahu posterior melewati promontorium dan masuk ke dalam panggul.
Mintalah asisten menekan suprasimfisis ke arah posterior menggunakan pangkal
tangannya untuk menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis.
Sementara itu lakukan tarikan pada kepala janin ke arah posterokaudal dengan
mantap.
Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang
berlebihan karena akan mencederai pleksus brakialis. Setelah bahu anterior
dilahirkan, langkah selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan persentasi
kepala. Manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat mengatasi sebagian besar
distosia bahu derajat ringan sampai sedang (Prawirohardjo, 2009).
Gambar
2.1 Posisi McRobert
B.
Langkah
Kedua: Manuver Rubin
Oleh
karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit daripada
diameter oblik atau transversanya, maka apabila bahu dalam anteroposterior
perlu diubah menjadi posisi oblik atau transversanya untuk memudahkan
melahirkannya. Tidak boleh melakukan putaran pada kepala atau leher bayi untuk
mengubah posisi bahu. Yang dapat dilakukan adalah memutar bahu secara langsung
atau melakukan tekanan suprapubik ke arah dorsal. Pada umumnya sulit menjangkau
bahu anterior, sehingga pemutaran bahu lebih mudah dilakukan pada bahu
posteriornya. Masih dalam posisi McRobert, masukkan tangan pada bagian
posterior vagina, tekanlah daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi
posisi oblik atau transversa. Lebih menguntungkan bila pemutaran itu ke arah
yang membuat punggung bayi menghadap ke arah anterior (Manuver Rubin anterior)
oleh karena kekuatan tarikan yang diperlukan untuk melahirkannya lebih rendah
dibandingkan dengan posisi bahu anteroposterior atau punggung bayi menghadap ke
arah posterior. Ketika dilakukan penekanan suprapubik pada posisi punggung
janin anterior akan membuat bahu lebih abduksi, sehingga diameternya mengecil.
Dengan bantuan tekanan siprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala
ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior
(Prawirohardjo, 2009).
Gambar 2.2 Manuver Rubin
C.
Langkah
ketiga: Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau manuver Wood
Melahirkan
bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu posisi
punggung bayi. Masukkan tangan penolong yang berseberangan dengan punggung bayi
(punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) ke
vagina. Temukan bahu posterior, telusuri lengan atasdan buatlah sendi siku
menjadi fleksi (bisa dilakukan dengan menekan fossa kubiti). Peganglah lengan
bawah dan buatlah gerakan mengusap ke arah dada bayi. Langkah ini akan membuat
bahu posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi bahu anterior masuk ke
bawah simfisis. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan
tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu
anterior.
Gambar 2.3 Manuver Woods
Manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi
fleksibilitas sandi sakroiliaka bisa meningkatkan diameter sagital pintu atas
panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh gravitasi akan membantu bahu posterior
melewati promontorium. Pada posisi telentang atau litotomi, sandi sakroiliaka
menjadi terbatas mobilitasnya. Pasien menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan
kedua lututnya. Pada manuver ini bahu posterior dilahirkan terlebih dahulu
dengan melakukan tarikan kepala.
Bahu melalui panggul ternyata tidak dalam gerak lurus,
tetapi berputar sebagai uliran sekrup. Berdasarkan hal itu, memutar bahu akan
mempermudah melahirkannya. Manuver wood dilakukan dengan menggunakan dua jari
tangan dan berseberangan dengan punggung bayi yang diletakkan dibagian depan
bahu posterior menjadi bahu anterior. Bahu posterior dirotasi 180 derajat.
Dengan demikian, bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada di
bawah arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan
berubah menjadi bahu posterior. Dalam posisi seperti itu, bahu anterior akan
mudah dapat dilahirkan.
Setelah melakukan prosedur pertolongan distosia
bahu, tindakan selanjutnya adalah melakukan proses dekontaminasi dan pencegahan
infeksi pasca tindakan serta perawatan pascatindakan. Perawatan pascatindakan
termasuk menuliskan laporan di lembar catatan medik dan memberikan konseling
pascatindakan (Prawirohardjo, 2009).
2.2
TEORITIS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ( IBI, Standar Profesi Kebidanan, 2005).
Proses manajemen terdiri dari 7 ( tujuh )
langkah berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodic. Proses
dimulai dengan pemgumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh
langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah
– langkah yang lebih rinci dan bisa berubah sesuai dengan kondisi klien
(Salmah, 2006).
Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut
Varney adalah sebagai berikut:
1.
Langkah I:
Identifikasi Data Dasar
1)
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semuainformasi yang akurat daan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
Anamnesa
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
Anamnesa
2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda - tanda vital
3)
Pemeriksaan penunjang ( Laboratorium )
2.
Langkah II:
Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Aktual
Ada langkah ini dilakukan identifikasi yang
benar, terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data–data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan di interpretasikan, sehingga dapat merumuskan Diagnosis dan masalah yang spesifik.
3.
Langkah III:
Antisipasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi
diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah
ini kita mengidentifiaksi masalah potensial atau diagnosis potensial yang
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasikan.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap–siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar – benar terjadi . Langkah ini sangat penting didalam
melakukan asuhan yang aman.
4.
Langkah IV:
Tindakan Segera dan Kolaborasi
Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan
dari proses manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdassarkan kondisi klien, pada langkah ini bidan juga harus merumuskan tindakan
emergency untuk menyelamatkan ibu dan bayi, yang mampu dilukuan secara mandiri
mandiri dan bersifat rujukan.
5.
Langkah V:
Rencana Tindakan Asuhan
Kebidanan Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh yang menyeluruh ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya
dan merupakan lanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana tindakan komperhensif bukan hanya
meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami oleh
klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien, serta
panyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah – masalah
yang berkaitan dengan sosial–ekonomi, agama, cultural ataupun masalah
piskologis. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar
dapat dilaksanakan dengan efektif. Sebab itu harus berdasarkan rasional yang
relevan dan kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus secara
teoritas.
6.
Langkah VI:
Implementasi Tindakan
Asuhan Kebidanan melaksanakan rencana
tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat
dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan kesehatan lain.
Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu
perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien.
7.
Langkah VII:
Evaluasi
Tindakan Asuhan Kebidanan mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap
evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah
yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah
dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru. Pada prinsipnya tahapan evaluasi
adalah pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh
tercapainya rencana yang dilakukan.
BAB
III
FORMAT
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DISTOSIA BAHU
3.1
PENGUMPULAN
DATA DASAR
FORMAT MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
Tgl
Masuk RS/Poli/Puskesmas : 23 April 2013 Pukul :
08.00 WIB
Ruangan : - No.MR : -
Tgl/Hari : 23
April 2013 Dikaji oleh Mhs : Ririn Nurfan
A.
DATA
SUBYEKTIF
1.
Identitas
/ Biodata
Nama Klien : Ny. S Nama
suami : Tn. L
Umur :
32 tahun Umur : 37 tahun
Kebangsaan/Suku : Batak Kebangsaa/Suku:
Batak
Agama :
Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Kantor : - Alamat
Kantor : -
Alamat Rumah : Jl. Budi Mulia Alamat
Rumah : Jl. Budi Mulia
Telp : - Telp : -
Telp : - Telp : -
2.
Keluhan
Utama
Ibu mengatakan hamil anak ketiga usia kehamilan 9 bulan, mengeluh mulas dan
nyeri dipinggang dan ibu mengatakan sudah mengeluarkan lendir bercampur darah sejak tanggal 23 April 2013 pada pukul 05.00 WIB.
3.
Riwayat
Kesehatan Ibu
-
Penyakit
yang pernah diderita ibu : Tidak
ada
-
Penyakit
yang sedang diderita ibu : Tidak ada
4.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
-
Riwayat
Penyakit menular dalam keluarga :
Tidak ada
-
Riwayat
penyakit keturun dalam keluarga :
Tidak ada
-
Riwayat
keturunan kembar dalam keluarga :
Tidak ada
5.
Riwayat
Haid
-
Menarche : 14 Tahun Baunya :
Amis
-
Teratur
/ tdk : Teratur Sifatnya : Cair, bergumpal
-
Siklus
Haid : 28 Hari Dismenorhe : Ada
-
Lamanya :
HPHT : 2-8-2013
-
Banyaknya : 2x ganti duk sehari TP : 9-5-2013
6.
Riwayat
Psikososial
-
Perkawinan
ke : Pertama
-
Umur
ibu ketika kawin : 23 Tahun
-
Lamanya
perkawinan : 9 tahun
-
Lamanya
kawin baru hamil : 4 Bulan
-
Apakah
kehamilan ini direncanakan : Ya
-
Jenis
kelamin yang diinginkan :
Perempuan
-
Hubungan
ibu dengan suami : Baik
-
Hubungan
ibu dengan keluarga : Baik
7.
Perilaku
Kesehatan Ibu
-
Ketergantungan
obat-obatan : Tidak ada
-
Penggunaan
alkohol : Tidak ada
-
Merokok : Tidak merokok
-
Irigasi
Vagina :
Tidak ada
-
Ganti
Pakaian Dalam :
2-3x/hari
8.
Riwayat
Kehamilan,Persalinan,Nifas,KB,yang lalu :
Anak
Ke / Umur
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Bayi
|
Nifas
|
KB
|
KET
|
|||||||||
Usia
|
Penyulit
|
Jenis
|
Penolong
|
Tpt
|
Penyakit
|
PB/BB
|
Jenis
|
Keadaan
|
Lochea
|
Laktasi
|
Keadaan
|
Jenis
|
Lamanya
|
||
1
2
3
|
38
mg
38
mg
|
Tdk
ada
Tdk
ada
H
|
Spontan
Spontan
A
|
Bidan
Bidan
M
|
RB
RB
I
|
Tdk
ada
Tdk
ada
L
|
52
cm/ 3,2 kg
49
cm/ 3,1 kg
|
Lk
Lk
I
|
Normal
Normal
N
|
Normal
Normal
I
|
Baik
Baik
|
Normal
Normal
|
Tdk
ada
Tdk
ada
|
-
-
|
|
9.
Riwayat
Kehamilan Sekarang
1.
Hamil
Muda :
-
Keluhan :
Pusing dan mual
-
Pemeriksaan
kehamilan pertama kali : Usia
kehamilan 6 mg
-
Frekuensi
pemeriksaan :
1 kali
-
Nasehat
– nasehat dari bidan :
Istirahat, makan
-
Imunisasi TT : -
2.
Hamil
Lanjutan :
-
Keluhan :
Tidak ada
-
Merasakan
gerakan janin pertama kali : 21
mggu
-
Pengeluaran
pervaginam :
Tidak ada
3.
Pola
kebiasaan sehari – hari
a.
Diet
/ makanan
-
Frekuensi : 3 kali / hari
-
Jenis
makanan : Nasi, sayur, ikan, dan buah
-
Pantangan
terhadap jenis makanan tertentu : Tidak ada
-
Perubahan
pola makan (termasuk ngidam,nafsu makan,dll):Ya
b.
Pola
Eliminasi
-
BAK - BAB
-
Frekuensi : 6 x/hari -
Frekuensi : 2x/hr
-
Warna : Kuning jernih - Warna : Coklat
-
Keluhan : Tidak ada - Konsistensi :
Padat
c.
Pola
istirahat / tidur
-
Tidur
Malam : 8 jam
-
Tidur
Siang : 1 jam
-
Gangguan
tidur : Tidak ada
d.
Pola
seksualitas :1x seminggu
e.
Olahraga : Ada
-
Jenis
olahraga : Jalan Pagi
-
Frekuensi : 1x sehari
-
Teratur
/ tidak : tidak
B.
DATA
OBJEKTIF
-
Pemeriksaa
Umum
-
Keadaan
umum : Normal
-
Kesadaran :
Compos mentis
-
Keadaan
emosional : Stabil
-
Bentuk
tubuh : Lordosis
-
TTV : - TD : 110/80 mmHg - S : 36,7
- N :
68x/i - R : 22x/i
-
Tinggi
badan : 159 cm
-
Berat
Badan : 58 kg
-
BB
sebelum hamil : 45 kg
- Pemeriksaan
Fisik
-
Kepala : Simetris
-
Muka : Simetris
-
Mata : Simetris
-
Kelopak
mata : Tidak oedema
-
Konjungtiva : Tidak anemis
-
Sklera : Tidak ikterik
-
Hidung : Simetris
-
Polip : Tidak ada
-
Kebersihan : Terjaga
-
Mulut
dan gigi : Ada caries, tidak
ada stomatitis
-
Leher : Normal
-
Kel.Tyroid : Tidak ada pembesaran
-
Kel.Limpe : Tidak ada pembesaran
-
Dada : Simetris
-
Jantung : Normal, teratur
-
Paru : Tidak ada kelainan
-
Mamae : Normal
Ø Pembesaran : Ada
Ø Simetris / tdk : Simetris
Ø Puting susu : Menonjol
Ø Benjolan/tumor : Tidak ada
Ø Rasa nyeri : Tidak ada
Ø Pengeluaran : Ada, colostrum
Ø Kebersihan : Terjaga
-
Ekstremitas
atas dan bawah
-
Oedema : Tidak oedema
-
Kaku
sendi : Tidak ada
-
Kemerahan : Tidak ada
-
Varises : Tidak ada
-
Refleks
patela : + ka/ + ki
-
Status
Obstetri
1.
Inspeksi
Pembesaran : Sesuai dengan usia kehamilan
Gerakan
janin : Ada
Striae : Ada
Linea
alba :Ada
Linea
Nigra : Tidak ada
Bekas
luka operasi : Tidak ada
Kontraksi
uterus : Baik
2.
Palpasi
Leopold I : TFU
3 jari dibawah PX, padafundus teraba agak bundar, lunak, dan tidak melenting
diperkirakan bokong janin
TFU dalam centimeter
untuk usia kehamilan > 20 mg = 36 cm
Leopold II : Pada
bagian sebelah kiri perut ibu teraba panjang memapan diperkirakan punggung
janin, dan di sebelah kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil
diperkirakan ekstremitas janin.
Leopold III : Pada
bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, dan melenting diperkirakan
kepala janin. Kepala tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Bagian
terbawah janin sudah masuk PAP (Divergen)
TBJ : 3875 gram
3.
Auskultasi
-
Frekuensi
DJJ :147 x/mnt
-
Teratur
/ tidak : Teratur
-
Punctum
Maksimum : Dibawah pusat sebelah kiri
4.
Pemeriksaan
Anogenitalia
-
Vulva
dan Vagina
-
Warna : Coklat
-
Varices : Tidak ada
-
Oedema : Tidak ada
-
Pengeluaran : Lendir bercampur darah
-
Perineum,luka
parut : Tidak ada
-
Anus
hemoroid : Tidak ada
5.
Pemeriksaan
Dalam
-
Pembukaan :
3 cm
-
Konsistensi
serviks : Keras
-
Portio : Lunak
-
Ketuban : Utuh
-
Presentasi : Kepala
-
Posisi : UUK
-
Penurunan
bag.bawah: Hodge I (+) 4/5
6.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Darah
-
Hb : Tidak dilakukan
-
Golongan
darah : A
2.
Urine
-
Protein : Tidak dilakukan
-
Glukosa : Tidak dilakukan
3.2
MANAJEMEN
ASUHAN KEBIDANAN HELLEN VARNEY
KALA
I
Tanggal
: 23 April 2013 Waktu
: 06.00 WIB
II.
Interpretasi
Data Dasar
Diagnosa
: Ibu G3P2A0H2 dengan usia kehamilan
37 minggu 2 hari, janin hidup, tunggal, intrauterine, punggung kiri, presentasi kepala, divergen, inpartu kala I fase
laten, K/U ibu dan janin baik.
Data
Dasar :
- Ibu
mengatakan hamil anak ketiga
- HPHT : 2-8-2012
- UK : 37 minggu 2 hari
- TP : 9-5-2013
- TTV : TD :
110/80 mmHg R : 22X/i
N :
68x/i S : 36,7
- Leopold :
Leopold I : TFU
3 jari dibawah PX, padafundus teraba agak bundar, lunak, dan tidak melenting
diperkirakan bokong janin
TFU dalam centimeter
untuk usia kehamilan > 20 mg = 36 cm
Leopold II : Pada
bagian sebelah kiri perut ibu teraba panjang memapan diperkirakan punggung
janin, dan di sebelah kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil
diperkirakan ekstremitas janin.
Leopold III : Pada
bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, dan melenting diperkirakan
kepala janin. Kepala tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Bagian
terbawah janin sudah masuk PAP (Divergen)
TBJ : (36-11)
x 155 = 3.875 gram
DJJ : 147x/menit
-
Pemeriksaan dalam : Pembukaan 3 cm, Ketuban : utuh, Penurunan kepala : Hodge I.
Masalah : Nyeri di bagian pinggang dan
menjalar sampai keari-ari, keluar lendir bercampur darah
Kebutuhan :
1.
Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi
persalinan
2.
Pengawasan kala I dengan partograf
III.
Diagnosa Potensial : Tidak ada
IV.
Tindakan Segera : Tidak ada
V.
Perencanaan
1.
Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
2.
Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
psikologis pada ibu
3.
Lakukan pengawasan kala I dengan partograf
4.
Siapkan ruang bersalin dan alat pertolongan
persalinan
5.
Siapkan alat pertolongan pada bayi baru lahir
6.
Penuhi kebutuhan fisik ibu
7.
Ajarkan ibu teknik relaksasi dan cara mengedan yang
efektif
VI.
Penatalaksanaan
1.
Menjelaskan
kepada ibu tentang hasil pemeriksaan :
a.
Beritahukan keadaan umum ibu dan janin:
-
TD : 110/80 mmHg
-
N : 68x/i
-
R : 22x/i
-
S : 36,7
-
DJJ : 147x/i
-
Keadaan umum ibu dan janin baik
b.
Beritahukan hasil PD : Pembukaan serviks : 3 cm, penurunan
kepala : 4/5, Ketubahan : utuh
2.
Melibatkan keluarga
dalam memberikan dukungan psikologis pada ibu dengan menganjurkan keluarga untuk selalu memberikan semangat dan
dukungan pada ibu
3.
Melakukan pengawasan
kala I dengan partograf
dengan mencatat setiap hasil temuaan dan asuhan pada partograf
4.
Mempersiapkan ruang bersalin
dan alat pertolongan persalinan, yaitu:
a.
Mempersiapkan ruang bersalin
yang sejuk, bersih dan nyaman
b.
Mempersiapkan alat
pertolongan persalinan : partus set, heacting, dll dalam kondisi steril
5.
Mempersiapkan alat
pertolongan pada bayi baru lahir :
a.
Mempersiapkan alat resusitasi
dalam kondisi steril
b.
Mempersiapkan peralatan bayi
: pakaian bayi. Bedong, kaos kaki, dan sarung tangan bayi
6.
Memenuhi kebutuhan fisik
ibu :
a.
Memberikan makan dan
minum bila ibu merasa haus dan lapar
b.
Memberikan ibu minuman
manis untuk penambah tenaga
7.
Mengajarkan ibu teknik relaksasi
dan cara mengedan yang efektif, yaitu :
a.
Mengajarkan ibu teknik
relaksasi dengan menarik nafas dalam melalui hidung keluarkan dari mulut
b.
Mengajarkan ibu cara
mengedan yang efektif yaitu seperti orang BAB keras
VII.
Evaluasi
Tanggal : 23 April 2013 Pukul
: 09.30 WIB
Evaluasi Data Perkembangan Kala I
S : Ibu mengatakan
nyeri dibagian pinggang dan menjalar sampai ke ari-ari semakin kuat dan lebih
sering
O : K/U ibu dan janin baik, dengan
hasil pemeriksaan :
-
TD : 110/80 mmHg - R : 24x/i
-
N : 68x/i -
S : 36,7
-
Pembukaan : 7 cm - Ketuban : Utuh
-
DJJ : 147x/menit
A : Ny. S inpartu kala I fase aktif
P :
1.
Ibu
telah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2.
Pengawasan
kala I dengan partograf telah dilakukan
3.
Keluarga
mengerti tentang memberi dukungan psikologis kepada ibu dan akan memberikan
semangat serta dukungan kepada ibu
4.
Ruang
bersalin dan alat pertolongan persalinan telah dipersiapkan
5.
Alat
pertolongan pada bayi baru lahir seperti alat resusitasi dan peralatan bayi
sudah dipersiapkan
6.
Kebutuhan
fisik ibu seperti memberikan makan dan minum bila ibu haus dan lapar serta
memberikan minuman manis untuk penambah tenaga sudah dipenuhi
7.
Ibu
sudah mengerti bagaimana teknik relaksasi dan mengedan yang efektif
Evaluasi Data Perkembangan Kala I
Pukul 10.30
S : - Ibu mengatakan rasa
sakit bertambah sering dan lama menjalar dari
pinggang ke perut bagian bawah
- Ibu
mengatakan rasa ingin BAB dan mengedan
O : K/U ibu
dan janin baik, dengan hasil pemeriksaan :
-
TD : 120/80 mmHg - R : 24 x/i
-
N : 72 x/i - S :
36,9
-
Pembukaan : 10 cm - Ketuban : Jernih (-)
-
DJJ
: 148x/menit
- His
4x10’’ lamanya >40’
-
Pada inspeksi tampak : vulva
membuka, anus mengembang, dan perineum menonjol
A : Ny. S inpartu kala I fase aktif
P :
1.
Ibu
telah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2.
Pengawasan
kala I dengan partograf telah dilakukan
3.
Keluarga
mengerti tentang memberi dukungan psikologis kepada ibu dan akan memberikan
semangat serta dukungan kepada ibu
4.
Ruang
bersalin dan alat pertolongan persalinan telah dipersiapkan
5.
Alat
pertolongan pada bayi baru lahir seperti alat resusitasi dan peralatan bayi
sudah dipersiapkan
6.
Kebutuhan
fisik ibu seperti memberikan makan dan minum bila ibu haus dan lapar serta
memberikan minuman manis untuk penambah tenaga sudah dipenuhi
7.
Ibu
sudah mengerti bagaimana teknik relaksasi dan mengedan yang efektif
KALA II
Tanggal : 23 April 2013 Waktu
:10.30 WIB
II.
Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : Ibu G3P2A0H2 inpartu kala II
Data Dasar :
-
Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan
ingin mengedan
-
Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama
menjalar dari pinggang ke perut bagian bawah
-
Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi
persalinannya
-
His 4 x/10 menit,
lamanya > 40 detik teratur
-
Pada inspeksi tampak : vulva membuka, anus mengembang,
perinium menonjol
-
Pada periksa dalam : portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm,
ketuban (-), persentasi kepala, UUK kiri depan, penurunan bagian terendah di
Hodge IV
-
TTV : TD :
120/80 mmHg R : 24x/i
N : 72x/i S : 36,9
-
DJJ : 148 x/mnt,
teratur
-
Kepala bayi telah lahir tetepi tetap berada di
vagina
-
Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi dalam
-
Kepala bayi tersangkut di perineum, seperti masuk
kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura)
Masalah : Bahu belum dapat
dilahirkan
Kebutuhan :
-
Berikan dukungan terus menerus
pada ibu
-
Jaga kandung
kemih tetap kosong
-
Pimpinan meneran dan bernafas yang baik
selama persalinan
-
Lakukan
pertolongan persalinan distosia bahu
III.
Diagnosa Potensial
a. Pada janin :
Gawat janin, asfiksia, fraktur clavicula, dan meninggal
b. Pada Ibu
: Perdarahan
pasca persalinan, ruptur uteri, robekan jalan perineum dan vagina yang luas
IV.
Tindakan Segera
a.
Mandiri :
-
Perbaiki KU ibu
-
Pantau
kesejahteraan janin
b.
Kolaborasi :
Kolaborasi
dengan dokter SpOG untuk persalinan
c.
Merujuk
Rujuk ke
rumah sakit yang lebih lengkap
V.
Perencanaan
1.
Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
2.
Pimpin ibu untuk meneran
3.
Beritahu itu untuk bernafas yang baik selama
persalinan
4.
Siapkan pertolongan persalinan dengan teknik
aseptik dan antiseptik
5.
Lakukan pertolongan persalinan distosia bahu
6.
Lahirkan
bayi secara spontan
VI.
Penatalaksanaan
1.
Menjelaskan
pada ibu tentang kondisinya dan janinnya saat ini :
a.
Beritahu
keadaan umum ibu dan janin dengan :
-
TD : 120/80 mmHg
-
N : 72x/i
-
R : 24x/i
-
S : 36,9
-
DJJ : 148x/i
-
Keadaan
umum ibu dan janin baik
b.
Beritahukan hasil PD :
-
Pembukaan servik : 10
cm
-
Penurunan kepala : 1/5
c.
Libatkan keluarga dalam memberiklan dukungan
psikologis
2.
Memimpin
ibu untuk meneran
a.
Menganjurkan ibu untuk
mengedan saat his mulai mereda
b.
Menganjurkan ibu untuk
mengedan seperti orang BAB keras dan kepala melihat ke fundus
3.
Memberitahu itu untuk
bernafas yang baik selama persalinan
a.
Saat his hilang, ajurkan ibu untuk menarik nafas
dalam dari hidung dan keluargaan melalui mulut
b.
Memberikan minum diantara
his
4.
Mempersiapkan pertolongan
persalinan dengan teknik aseptik dan antiseptik :
a.
Menggunakan alat-alat yang
steril serta menggunakan sarung tangan
b.
Mencuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
5.
Lakukan pertolongan persalinan distosia bahu :
a.
Tetap memimpin ibu untuk meneran
b.
Terdapat distosia bahu yaitu bahu
anterior tertahan pada tulang symphisis
c.
Melakukan episiotomi
dengan memberikan anastesi lokal
d.
Melakukan manuver Mc.
Robert :
-
Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya, minta
ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta suami
atau anggota keluarga untuk membantu ibu.
-
Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus
ke arah bawah (ke arah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior dibawah
symphisis pubis. Catatan : Jangan lakukan dorongan dengan fundus, karena bahu
akan lebih jauh dari rupture uteri
-
Lahirkan bahu belakang, bahu depan, dan tubuh bayi
seluruhnya
6.
Bayi
lahir spontan pervaginam, tanggal 23-04-2013 pukul 11.00 WIB, hidup, jenis kelamin Laki-laki, BB : 4200 gram, PB : 52 cm.
VII. Evaluasi
Tanggal : 23 April 2013 Waktu :
11.00 WIB
S :
-
Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas
kelahiran bayinya
-
Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya
O :
-
Bayi lahir spontan pervaginam pukul 11.00 WIB
-
Ibu tampak senang dan bahagia
-
TTV:
TD : 110/70
mmHg R : 21x/menit
N : 66
x/menit S
: 36,5
-
Plasenta belum lahir
-
Pada palpasi didapat : uterus teraba bulat dan
keras, TFU : sepusat
-
Pada inspeksi terlihat adanya robekan jalan lahir
akibat episiotomi
A : Ibu G3P2A0H2 inpartu kala II dengan distosia bahu
P :
1. Ibu sudah mengetahui keadaannya dan
bayinya
2. Ibu telah dipimpin ibu untuk
meneran
3. Ibu telah bernafas yang baik selama
persalinan
4. Pertolongan persalinan dengan teknik
septik dan aseptik telah dilaksanakan
5. Pertolongan persalinan dengan distosia
bahu telah dilakukan
6. Bayi telah lahir spontan
pervaginam, tanggal 23-04-2013 pukul 11.00 WIB, hidup, jenis
kelamin Laki-laki, BB : 4200 gram, PB : 52 cm.
KALA III
Tanggal : 23 April 2013 Waktu
: 11.00
II.
Interpretasi Data Dasar
Diagnosa :
Ibu P3A0 partus
spontan pervaginam, partu kala III
Data Dasar :
-
Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas
kelahiran bayinya
-
Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya
-
Bayi lahir spontan pervaginam pukul 11.00 WIB
-
Ibu tampak senang dan bahagia
-
Tanda vital : TD : 110/70
mmHg R : 21x/menit
N : 66 x/menit S
: 36,5
-
Plasenta belum lahir
-
Pada palpasi didapat : uterus teraba bulat dan
keras, TFU : sepusat
-
Pada inspeksi terlihat adanya robekan jalan lahir
akibat episiotomi
Masalah :
Tidak ada
Kebutuhan : Melakukan manajemen
aktif kala III
III.
Diagnosa Potensial : Tidak ada
IV.
Tindakan Segera : Tidak ada
V.
Perencanaan
1.
Jelaskan keadaan ibu dan prosedur manajemen aktif
kala III
2.
Lakukan manajeman aktif kala III
3.
Jika
Plasenta lahir
spontan periksa kelengkapan plasenta
4.
Lakukan
penjahitan perineum
5.
Jaga
Personal Hygiene ibu
VI.
Penatalaksanaan
1.
Menjelaskan keadaan ibu
dan prosedur manajemen aktif kala III
a.
Beritahu hasil pemeriksaan :
-
TD : 110/70 mmHg R : 21x/menit
-
N : 66x/menit S : 36,5
-
Keadaan umum ibu baik
2.
Melakukan manajeman
aktif kala III
a.
Periksa fundus dan pastikan tidak ada janin lagi,
kandung kemih kosong, dan kontraksi uterus baik
b.
Beritahu ibu bahwa akan disuntik 10 U IM pada 1/3
paha bagian luar
c.
Lakukan penegangan tali pusat terkendali pada saat
ada kontraksi
d.
Observasi tanda-tanda pelepasan plasenta : semburan
darah tiba-tiba, tali pusat memanjang
e.
Lahirkan plasenta
f.
Periksa kelengkapan plasenta dan tangan kiri
melakukan masase dengan 4 jari palmer secara sirkuler selama 15 detik
g.
Ajarkan ibu untuk membantu melakukan masase dan
beritahu ibu uterus yang berkontraksi baik.
3.
Plasenta lahir spontan pukul 11.10 WIB, dan memeriksa kelengkapan
plasenta :
a. Kotiledon dan selaput : utuh
b. Panjang tali pusat : 40 cm
c. Diameter plasenta : 10 cm
d. Berat plasenta : 500 gram
e. Tebal plasenta : 3 cm
f. Insersi : marginal
4. Melakukan penjahitan perineum
a. Terdapat robekan yang
mengenai selaput lendir vagina dan otot perineum transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter
ani disebut luka episiotomi tingkat II
b. Berikan anastesi
lokal : 10 ml lidokain
c. Lakukan heacting jelujur dan jelujur
subkutikuler
5.
Menjaga
Personal Hygiene ibu dengan membersihkan dan mengganti pakaian ibu
VII.
Evaluasi
Tanggal : 23 April 2013 Waktu :
11.10
S :
1.
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
2.
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas-mulas
O :
1. Plasenta lahir spontan dan lengkap:
-
Kotiledon dan selaput : utuh
-
Panjang tali pusat : 40 cm
-
Diameter plasenta : 10 cm
-
Berat plasenta : 500 gram
-
Tebal plasenta : 3 cm
-
Insersi : marginal
2.
Pemeriksaan keadaan umum ibu:
-
Keadaan umum :
Baik
-
Kesadaran : Composmentis
-
TD : 120/80
mmHg
-
N : 64x/menit
-
R : 23x/menit
-
S : 36,5
3.
TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
A : Ibu P3A0 partus
spontan pervaginam, partu kala III
P :
1. Bidan telah melakukan pemeriksaan pada fundus dan memastikan tidak ada janin lagi, kandung kemih kosong dan
konstruksi uterus baik
2. Oksitosin telah diberikan 10 U IM di 1/3
paha bagian luar
3. Peregangan tali pusat terkendali pada saat
ada kontraksi telah dilakukan
4. Observasi tanda-tanda
pelepasan plasenta
telah dilakukan
5. Plasenta telah lahir lengkap dan
dilahirkan secara spontan pada pukul 11.10 WIB serta telah diperiksa
kelengkapannya
6. Ibu telah dibersihkan dan diganti
pakaiannya
KALA IV
Tanggal : 23 April 2013 Waktu
: 11.10
II.
Interpretasi Data Dasar
Diagnosa :
Ibu P3A0 partus
spontan, partu kala IV K/U
ibu baik
Data Dasar :
1. Ibu mengatakan senang
dengan kelahiran bayinya
2. Ibu mengatakan
perutnya masih terasa mulas-mulas
3. Pemeriksaan umum :
-
Keadaan umum :
Baik
-
Kesadaran : Composmentis
-
TD : 120/80 mmHg
-
N : 64x/menit
-
R : 23x/menit
-
S : 36,5
4.
Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 11.10 WIB
5.
TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
6.
Jumlah perdarahan ± 150 cc, konsistensi
berupa darah segar cair
Masalah :
Nyeri luka akibat
luka episiotomi
Kebutuhuan :
1.
Observasi keadaan ibu : keadaan umum, perdarahan,
involusi uterus, dan vital sign
2.
Heacting perineum dengan heacting jelujur
3.
Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
III.
Diagnosa Potensial : Tidak ada
IV.
Tindakan Segera : Tidak ada
V.
Perencanaan
1.
Observasi keadaan ibu
2.
Lakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1
jam postpartum dan setiap 30 menit pada jam kedua
3.
Lakukan perawatan luka episiotomi
4.
Ajarkan ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya
post partum
5.
Ajarkan ibu dan keluargaaa cara pemenuhan kebutuhan
fisik dan psikologis
6.
Berikan konseling pada ibu cara merawat bayi baru
lahir
VI.
Penatalaksanaan
1.
Mengobservasi keadaan ibu :
a.
Pantau terus keadaan ibu selama 2 jam postpartum
b.
Pastikan darah yang keluar berasal hanya dari luka
episiotomi
2.
Lakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1
jam postpartum dan setiap 30 menit pada jam kedua
a.
Periksa tanda vital :
-
TD : 120/80 mmHg
-
N : 64 x/menit
-
R : 23 x/menit
-
S : 36,50 C
-
Keadaan umum ibu baik
b.
Periksa fundus : TFU : 1 jari bawah pusat,
kontraksi uterus : baik
c.
Periksa perdarahan, jumlah darah yang keluar
: ± 100 cc
d.
Periksa kandung kemih, bila penuh, rangsang untuk
berkemih
3.
Melakukan perawatan luka
episiotomi
a.
Bersihkan tubuh ibu dan lakukan vulva hygiene untuk
menghindari infeksi pada luka jahitan.
b.
Ajarkan ibu cara menjaga personal hygiene dan cara
merawat luka episiotomi
4.
Mengajarkan ibu dan
keluarga tentang tanda-tanda bahaya post partum:
a.
Tanda-tanda
bahaya seperti demam, perdarahan berlebihan, perut tidak
mulas dan fundus tidak ada kontraksi.
b.
Beritahu keluarga untuk melapor ke bidan jika ada
tanda-tanda bahaya.
5.
Mengajarkan ibu dan
keluargaa cara pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis :
a.
Anjurkan ibu untuk makan dan minum yang cukup
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.
b.
Anjurkan ibu untuk istirahat dan merelaksasikan
pikiran
c.
Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan
dan semangat pada ibu
6.
Memberikan konseling pada
ibu cara merawat bayi baru lahir
a.
Beritahu ibu cara merawat tali pusat
b.
Anjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya
c.
Beritahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan tubuh
bayi
d.
Beritahu ibu tanda-tanda bahaya BBL : panas tinggi,
kejang, biru, susah untuk bernafas
e.
Beritahu ibu untuk mengimunisasi bayinya ke bidan
VII. Evaluasi
Tanggal : 23 April 2013 Waktu :
11.25
S :
1.
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
2.
Ibu merasa lega karena plasenta sudah lahir
O :
1.
Pemeriksaan umum
-
Keadaan umum :
Baik
-
Kesadaran : Composmentis
-
TD : 110/70 mmHg
-
N : 64 x/menit
-
R : 23
x/menit
-
S : 36,50 C
2.
TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
3.
Jumlah perdadarahan ± 120 cc, konsistensi berupa darah segar cair
4.
Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 11.10 WIB
A : Ibu P3A0 partus
spontan, partu kala IV K/U
ibu baik
P :
1.
Bidan
telah melakukan observasi keadaan ibu
2.
Bidan
telah melakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1 jam
postpartum dan setiap 30 menit pada jam kedua
3.
Ibu
merasa nyaman telah dilakukan perawatan pada luka episiotomi
4.
Ibu
dan keluarga telah mengerti tentang tanda-tanda bahaya post partum
5.
Ibu
dan keluarga bersedia dan mengerti untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikologis dan akan menerapkannya dirumah
6.
Ibu
telah diberikan konseling tentang cara merawat bayi baru lahir
BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai
hubungan antara tinjauan pustaka dan studi kasus Asuhan Kebidanan pada NY “ S ”
dengan Distosia bahu untuk menguraikan kesenjangan teori dan praktek, maka
digunakan pendekatan asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah yaitu
pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa masalah/aktual, antisipasi
diagnosa/masalah potensial, tindakan segera kolaborasi, rencana asuhan
kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan/implementasi dan evaluasi asuhan
kebidanan, serta dilakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.
4.1
PENGUMPULAN DATA DASAR
Pada kasus distosia bahu ada beberapa
faktor resiko menurut teori yang menyebabkan terjadinya distosia bahu,
diantaranya: Makrosomia/kelahiran
sebelumnya bayi > 4 kg, ibu
obesitas, penambahan berat badan
berlebih, panggul sempit, diabetes maternal, kala
II lama dan kejadian distosia bahu sebelumnya. Pada praktek
penulis melakukan pengkajian pada kasus persalinan Ny. S dengan distosia bahu,
tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek. Dimana pada kelahiran
sebelumnya anak Ny. S tidak pernah lahir dengan berat badan > 4 kg, selama
kehamalan ibu tidak mengalami penambahan berat badan yang berlebihan, ibu tidak
obesitas, ibu tidak diabetes, dan ibu tidak mengalami kala II lama serta pada
anak sebelumnya tidak pernah mengalami distosia bahu.
4.2
INTERPRETASI DATA DASAR
Pada tinjauan pustaka diagnosis pada distosia bahu disebutkan
bahwa akan terjadi hal seperti kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan
dan tidak dapat dilahirkan, epala bayi sudah lahir tetapi menekan vulva dengan
kencang, dagu tertarik dan menekan perineum dan traksi pada kepala tidak
berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis.
Masalah yang terdapat selama kala II pada
Ny. S yaitu kepala bayi telah lahir tetapi tetap berada di vagina, kepala bayi tidak melakukan
putaran paksi luar, kepala bayi tersangkut
di perineum, seperti masuk kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura). Maka dapat ditegakkan diagnosa Ibu G3P2A0H2 inpartu kala II dengan distosia bahu.
Berdasarkan masalah atau diagnosa tersebut, maka terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek.
4.3
IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
Masalah potensial yang mungkin terjadi pada kasus distosia bahu yaitu pada
janin dapat tejadi gawat janin, asfiksia, fraktur clavicula, dan meninggal,
sementara pada ibu dapat terjadi perdarahan pasca persalinan, ruptur uteri,
hingga robekan perineum dan vagina yang luas.
Masalah potensial yang timbul pada Ny. S hanya terjadi robekan perineum dan
vagina yang cukup luas, sedangkan pada janin tidak terjadi hal yang dapat
dijadikan sebagai masalah potensial.
Dalam mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan atau kolaborasi pada
distosia bahu kebutuhan kolaborasi dengan dokter SpOG dan hal tersebut tidak
dilakukan. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
4.4
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA
Pada kasus distosia bahu ini, dilakukan tindakan kolaborasi dengan
DSOG/SpOG sebagai tindakan segera dalam menghadapi masalah pada Ny. S, namun
tidak dilakukan dilapangan.
Selain itu, tindakan merujuk kepada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
sebagai tindakan segera untuk mengidentifikasi kebutuhan juga tidak dilakukan
dalam hal ini. Maka dalam identifikasi kebutuhan akantindakan segera/kolaborasi
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada di lapangan.
4.5
MERENCANAKAN ASUHAN YANGMENYELURUH
Dalam melakukan perencanaan untuk memberikan asuhan pada kasus distosia
bahu penulis merencanakan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan diagnosa yaitu
menjelaimpin ibu untuk meneran, beritahu ibu untuk bernafas yang baik selama
persalinan, pertolongan persalinan dengan teknik aseptik dan antiseptik,
lakukan pertolongan persalinan distosia bahu hingga bayi lahir secara spontan.
Maka dalam merencanakan asuhan yang menyeluruh telah dilaksanakan
dilapangan. Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
4.6
PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN
Pada penatalaksanaannya pengkaji memberikan asuhan kepada ibu yaitu
memberitahu ibu kondisi ibu dan janin yang akan dilahirkannya, memimpin ibu
meneran, mempersiapkan pertolongan persalinan dengan tindakan aseptik dan
antiseptik, lakukan episiotomi hingga menolong persalinan dengan distosia bahu.
Dimana pada saat di lapangan pertolongan persalinan dilakukan dengan Manuver
McRobert. Di saat bahu bayi tidak segera lahir, maka dilakukan pendorongan pada
fundus sementara tindakan tersebut hanya akan
semakin menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan ruptura
uteri.
Pada teori, seharusnya dalam melakukan Manuver McRobert dibutuhkan seorang
asisten untuk menekan suprasimfisis
ke arah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk menekan bahu anterior
agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara hal
ini tidak dilaksanakan dilapangan.
Maka pada tindakan pertolongan persalinan dengan distosia bahu yang
dilakukan di lapangan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek
saat di lapangan.
4.7
EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN
Pada tahap ini evaluasi asuhan kebidanan
merupakan akhir dari manajemen asuhan kebidanan dengan mengetahui berhasil atau
tidaknya suatu asuhan. Pada tinjauan pustaka evaluasi yang dilakukan adalah
perawatan dan pengawasan masa nifas. Berdasarkan studi kasus persalinan Ny. S
dengan distosia bahu tidak ditemukan hal
– hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka dan studi kasus. Oleh
karena itu, pada tahap ini terlihat ada kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan.
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu
janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Tanda dan
gejala terjadinya distosia bahu yaitu : pada proses persalinan normal kepala
lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik ke
dalam dan tidak dapat mengalami putaran paksi luar yang normal. Ukuran kepala
dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula dengan
postur tubuh parturien yang biasanya juga obesitas. Usaha untuk melakukan
putaran paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil melahirkan bahu. Untuk
penatalaksanaannya dengan melakukan episiotomi secukupnya dan Manuver McRobert
karena Manuver McRobert sebgai pilihan utama adalah sangat beralasan. Karena manuver ini cukup sederhana, aman, dan
dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.
5.2
SARAN
1.
Ibu Hamil
Diharapkan
kepada ibu selama dalam masa kehamilan agar melakukan kunjungan / pemeriksaan
kehamilan, untuk mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan bayi bertambah
atau tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat
penyakit sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosa apakah ibu bisa bersalin
dengan normal atau tidak.
2.
Petugas Kesehatan
Diharapkan
kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar mampu menekan AKI/AKB dengan cara
mengurangi komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu hamil
3.
Penulis
Agar
dapat meningkatkan pengetahuan maupun wawasan pembelajaran serta pengalaman
dalam praktek asuhan kebidanan. Khususnya mengenai asuhan kebidanan ibu
bersalin dengan komplikasi seperti distosia bahu.
4.
Institusi Pendidikan
Diharapkan
dapat menjadi bahan kajian maupun referensi dalam menambah khazanah
perpustakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar